Epilog: Dua puluh tahun yang lalu, hiduplah pasangan raja dan ratu pemimpin klan burung merak di kota Gongmen, China. Dalam masa kekuasaan mereka, pasangan tersebut menggunakan kekuatan kembang api untuk memberikan kebahagiaan rakyat mereka. Namun, ketika putera mereka satu-satunya, Lord Shen (Gary Oldman), mulai menggunakan kekuatan kembang api sebagai sebuah senjata yang berguna untuk menguasai China secara keseluruhan, masa kegelapan pun mulai menutupi kota Gongmen. Hasrat Lord Shen untuk menguasai China sendiri semakin memburu ketika juru ramal istana (Michelle Yeoh) memprediksi bahwa akan ada seorang ‘pejuang berwarna hitam putih’ yang akan menghalanginya dari kursi kekuasaan. Mengira bahwa ‘pejuang berwarna hitam putih’ merupakan sosok yang datang dari golongan panda, Lord Shen pun menugaskan seluruh pasukannya untuk memusnahkan seluruh panda dari kota tersebut. Perbuatan ini kemudian membuat orangtua Lord Shen mengusir dan mengasingkannya dari istana.
Dari epilog tersebutlah kisah petualangan sang Dragon Warrior, Po (Jack Black), bersama kelima sahabatnya, Tigress (Angelina Jolie), Monkey (Jackie Chan), Mantis (Seth Rogen), Viper (Lucy Liu) dan Crane (David Cross), yang tergabung dalam The Furious Five, berlanjut dalam Kung Fu Panda 2. Garis nasib Po dan Lord Shen sendiri akan segera bertemu ketika gurunya, Master Shifu (Dustin Hoffman), menugaskan Po dan sahabatnya untuk berangkat ke kota Gongmen setelah mendengar bahwa pimpinan lembaga kung fu di kota itu, Master Thundering Rhino (Victor Garber), telah terbunuh oleh senjata cannon yang diciptakan oleh Lord Shen. Po sendiri mengira kepergiannya dan teman-temannya adalah murni untuk mencegah hasrat Lord Shen untuk menguasai China dan memusnahkan tradisi kung fu dari negeri tersebut. Namun, dalam perjalanannya, Po akhirnya menyadari bahwa ia sedang menempuh sebuah perjalanan yang juga akan mengungkap siapa jati dirinya yang sebenarnya.
Mereka yang telah menggemari Po dan rekan-rekannya di Kung Fu Panda (2008) kemungkinan besar akan dapat dengan mudah jatuh hati dengan kisah yang disajikan dalam Kung Fu Panda 2, walaupun hal tersebut sama sekali tidak menjadi sebuah pernyataan yang dapat menggambarkan bahwa seri kedua film ini memiliki kualitas yang setara dengan pendahulunya. Penulis naskah, Jonathan Aibel dan Glenn Berger, yang kembali menulis naskah cerita Kung Fu Panda 2 dengan bantuan revisi dari Charlie Kaufman, sepertinya tidak ingin memberikan sebuah perubahan drastis pada jalan cerita film ini. Jika Kung Fu Panda mengisahkan mengenai perjalanan Po untuk membuktikan dirinya pada dunia dengan berlatih dan menguasai ilmu beladiri kung fu, maka Kung Fu Panda 2 secara sederhana hanya mengisahkan mengenai sebuah tantangan yang dihadapi Po untuk membuktikan kemampuan kung fu yang ia miliki. Untuk bersaing dengan film-film produksi Disney/Pixar yang seringkali akan membuat hati penontonnya tersentuh, Kung Fu Panda 2 juga mengisahkan sekelumit mengenai masa lalu Po dan pencarian dirinya akan identitas dirinya yang sebenarnya.
Selain naskah cerita dan deretan dialog bernuansa komedinya yang terasa terlalu familiar, Kung Fu Panda 2 juga menghadapi masalah dari deretan karakternya yang tampil begitu dangkal. Aibel dan Berger sepertinya berasumsi bahwa semua penonton Kung Fu Panda 2 adalah penonton serupa yang telah memberikan sukses besar pada seri awal film ini dan beranggapan bahwa semua penonton telah mengenal setiap karakter di film ini dengan baik. Asumsi tersebut sayangnya berakhir dengan buruk ketika jalan cerita Kung Fu Panda 2 terkesan hanya mengedepankan penampilan karakter Po, dengan dukungan karakter Lord Shen dan Tigress, dan mengenyampingkan karakter-karakter lain yang hadir dengan hanya beberapa dialog saja. Tidak hanya menyebabkan mereka yang belum pernah menikmati seri ini buta akan setiap karakter pendukung lainnya yang hadir di dalam jalan cerita, namun turut memberikan andil rasa monoton yang hadir karena dominasi peran Po yang maksimal namun dengan kisah yang terlalu minimalis.
Pun begitu, Kung Fu Panda 2 masih mampu hadir dengan beberapa momen yang cukup menyenangkan untuk disaksikan. Mengisi kedataran jalan cerita yang dihadirkan, sutradara debutan Jennifer Yuh Nelson kemudian memolesnya dengan deretan adegan aksi para karakternya yang dihadirkan dengan durasi yang cukup panjang. Walaupun tidak menawarkan sentuhan teknologi yang spektakuler, pewarnaan terang dan sentuhan teknologi 3 dimensi di beberapa bagian berhasil membuat adegan-adegan aksi ini tampil cukup memukau. Tata musik karya Hans Zimmer dan John Powell juga berhasil dalam menambah aliran energi di setiap adegan yang membuat Kung Fu Panda 2 semakin terasa lebih hidup.
Selain karakter suara Gary Oldman dan Michelle Yeoh yang cukup dapat dikenali dan mampu menambah variasi warna dalam perjalanan kisah Kung Fu Panda 2, tidak banyak hal yang dapat dikatakan dari jajaran pengisi suara film ini. Mereka yang masih dapat mentolerir kehadiran suara Jack Black di telinga mereka tentu tidak akan memiliki masalah besar ketika vokal Black menguasai hampir di setiap adegan. Kehadiran beberapa karakter baru – yang diantaranya diisi vokalnya oleh Jean Claude Van Damme, Dennis Haysbert maupun Danny McBride – tidak mampu memberikan suatu tambahan berarti bagi Kung Fu Panda 2 mengingat karakter mereka yang begitu minimal dan memiliki deretan dialog yang sama sedikitnya dengan deretan dialog yang dimiliki Jackie Chan, Seth Rogen, Lucy Liu, David Cross dan Dustin Hoffman.
Kung Fu Panda 2 Sama sekali bukanlah sebuah hal yang buruk. Namun diantara perkembangan pesat yang dialami banyak rumah produksi dalam menghasilkan karya-karya animasi mereka – sekaligus dalam sebuah usaha untuk menumbangkan dominasi Disney/Pixar di kategori tersebut – Kung Fu Panda 2 terasa bagaikan sebuah produksi amatir, termasuk jika dibandingkan dengan seri awal film ini. Penulis naskah, Jonathan Aibel dan Glenn Berger, sepertinya telah nyaman dengan apa yang mereka hasilkan di seri pertama film dan hanya melakukan sedikit penambahan di beberapa bagian cerita. Akan mampu memuaskan para penonton muda dan mereka yang telah menggemari seri awal film ini, namun tidak akan memiliki cukup kekuatan untuk dapat tampil istimewa bagi sekelompok penonton lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar